Sabtu, 15 Juni 2019

REVIEW BUKU "JIWA - JIWA PEMBERONTAK" KAHLIL GIBRAN

Oleh : Malik Abdillah, 
Jiwa-jiwa Pemberontak Dalam karyanya ini Gibran menceritakan kehidupan seorang yang merdeka. Dan ntah kenapa, di setiap cerita orang-orang merdeka selalu ada kesan pemberontakan, begitu pula seperti yang digambarkan dalam buku ini. Bagi Gibran hanya dalam kebebasanlah ada kebenaran dan kewajiban. Orang-orang yang bebas dan merdeka akan berupaya mencari kebenarannya, dan selalu mempertanyakan tentang hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Sebagaimana dalam perjalanan episode kehidupan, pasti akan ada pula penguasa-penguasa yang menikmati begitu banyaknya ketidakbebasan pribadi-pribadi manusia dengan memanfaatkan dan mengatakan bahwa keadaan sekarang baik-baik saja. Maka kehadiran orang-orang yang merdeka dianggap menjadi kehadiran pemberontak. Padahal jika saja sistem yang berjalan baik-baik saja, maka menjawab setiap pertanyaan akan lebih mudah.

Bagi jiwa-jiwa pemberontak, ada tumbuh rasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan problematika yang ada, menyadarkan orang-orang bahwa keadaan sedang tidak baik-baik saja. Namun ini bukan hal yang mudah dan sebentar, sebab layar tebal yang diceritakan dari generasi ke generasi tidak dapat disobek oleh hari-hari yang pendek.
Walau demikian, jiwa-jiwa pemberontak tidak boleh untuk menyerah, sebab salju dan prahara memusnahkan bunga-bunga, tapi tidak akan merenggut biji-bijinya. Bibit bibit aja selalu ada.

Jadi teringat satu quote.
"Perompak bisa membakar kebun bunga, namun tidak ada yang dapat menahan hadirnya musim semi"
Muhammad Malik Abdillah Sir

QUOTE OF THE DAY : "Perompak bisa membakar kebun bunga, namun tidak ada yang dapat menahan hadirnya musim semi"
-Muhammad Malik Abdillah Sir-
Load disqus comments

0 komentar